TRANSMISI
TENAGA LISTRIK
I.
PENDAHULUAN
Jaringan/saluran transmisi adalah suatu sistem penyaluran
energi listrik dari satu tempat ke tempat lain, seperti dari stasiun pembangkit
ke substation (gardu induk). Sistem transmisi
berfungsi menyalurkan tenaga listrik dari pusat pembangkit ke pusat beban
melalui saluran transmisi, karena adakalanya pembangkit tenaga listrik dibagun
ditempat yang jauh dari pusat-pusat beban (load centres).
Tegangan
generator pada umumnya rendah antara 6 kV sampai 24 kV, maka teganganini
biasanya dinaikan dengan pertolongan transformator daya ke tingkat tegangan
yang lebih tinggi antara 30 kV sampai 500 kV (dibeberapa negara maju bahkan
sudah sampai 1000 kV).
Tingkat tegangan yang lebih
tinggi ini, selain untuk memperbesar daya hantar dari saluran yang berbanding
lurus dengan kuadrat tegangan, juga memperkecil rugi-rugi daya dan jatuh
tegangan pada saluran.
Penurunan tegangan dari tingkat
tegangan transmisi pertama-pertama dilakukan pada gardu induk (GI), dimana
tegangan diturunkan ke tegangan yang lebih rendah, misalnya dari 500 kV ke 150
kV atau dari 150 kV ke 70 kV. Kemudian penurunan kedua dilakukan pada gardu
induk distribusi dari 150 kV ke 20 kV atau dari 70 kV ke 20 kV. Tegangan 20 kV
ini disebut tegangan distribusi primer.
Ada dua kategori saluran
transmisi , saluran udara (overhead lines) dan saluran kabel tanah (underground
cable). Untuk saluran udara menyalurkan tenaga listrik melalui
isolator-isolator, sedangkan saluran kabel tanah menalurkan tenaga listrik
melalui kabel-kabel yang ditanam dibawah permukaan tanah. Kedua cara penyaluran
diatas mempunyai untung dan ruginya. Dibandingkan dengan saluran udara, saluran
bawah tanah tidak terpengaruh oleh cuaca buruk, taufan, hujan angin, bahaya
petir. Lagi pula saluran bawah
tanah lebih estetis karena tidak mengganggu pandangan. Karena itu saluran bawah
tanah banyak digunakan di kota-kota besar. Namun biaya pembangunannya cukup
mahal dibandingkan dengan saluran udara, dan perbaikannya lebih sukar bila
terjadi gangguan hubungan singkat.
BAB II. JARINGAN TRANSMISI
2.1 Saluran Transmisi AC atau DC
Menurut
jenisnya dikenal sistem arus bolak-balik (AC = Alternating Current) dan
sistem (DC = Direct current). Didalam sistem AC penaikan dan penurunan
tegangan mudah dilakukan yaitu dengan menggunakan transformator. Sistem AC
terdiri dari satu fasa dan tiga fasa. Sistem tiga fasa mempunyai kelebihan
dibandingkan sistem satu fasa karena,
- Daya yang disalurkan lebih besar
- Nilai sesaat (instantaneous value) konstan
Selain
keuntungan-keuntungan yang disebutkan diatas, saluran transmisi AC juga memilik
kerugian, yaitu: tidak stabil, isolasi yang rumit dan mahal (mahal disini dalam
artian untuk menyediakan suatu isolasi yang memang aman dan kuat).
Terkait dengan
keuntungan-keuntungannya, hampir seluruh penyaluran tenaga listrik di dunia
dilakukan dengan arus bolak-balik. Namun , sejak bebrapa tahun terakhir ini
penyaluran arus searah mulai dikembangkan di beberapa bagian dunia ini.
Penyaluran DC mempunyai keuntungan seperti; Isolasinya lebih sederhana, daya
guna (effeciency) yang lebih tinggi dan faktor dayanya = 1 serta tidak
adanya masalah stabilitas, sehingga dimungkinkan penyaluran jarak jauh, tetapi
persoalan ekonominya masih harus diperhitungkan. Penyaluran tenaga listrik
dengan sistem DC baru dapat dianggap ekonomis (dapat bersaing dengan sistem AC)
bila jarak saluran udara lebih jauh antara 400 sampai 600 km, atau untuk
saluran bawah tanah lebih panjang dari 50 km. Ini disebabkan karena biaya peralatan
pengubah dari AC ke DC dan sebaliknya (converter & inverter equipment)
mahal.
2.2 Tegangan Transmisi
Apabila
tegangan transmisi dinaikkan, maka daya guna penyaluran akan naik oleh karena
rugi-rugi transmisi turun, pada besaran daya yang disalurkan sama. Namun,
penaikan tegan transmisi berarti juga penaikan isolasi dan biaya peralatan juga
biaya gardu induk.
Oleh
karena itu pemilihan tegangan transmisi dilakukan dengan memperhitungkan daya
yang disalurkan, jumlah rangkaian, jarak penyaluran, keandalan (reliability),
biaya peralatan untuk tegangan tertentu, serta tegangan-tegangan yang sekarang
ada dan yang akan di rencanakan. Penentuan tegangan juga harus dilihat dari
segi standarisasi peralatan yang ada. Penentuan tegangan transmisi merupakan bagian
dari perancangan system tenaga listrik secara keseluruhan.
Tingkat
tegangan yang lebih tinggi, selain untuk memperbesar daya hantar dari saluran
transmisi yang berbanding lurus dengan kuadrat tegangan, juga untuk memperkecil
rugi-rugi daya dan jatuh tegangan pada saluran transmisi. Jelas sudah, dengan
mempertinggi tegangan maka tingkat isolasi pun harus lebih tinggi, dengan
demikian biaya peralatan juga akan tinggi.
Meskipun
tidak jelas menyebutkan keperluannya sebagai tegangan transmisi, di Indonesia, pemerintah
telah menyeragamkan deretan tegangan tinggi sebagai berikut:
a. Tegangan Nominal
(kV): (30) - 66 - 150 - 220 – 380 – 500.
Tegangan nominal 30 kV hanya diperkenankan untuk daerah
yang tegangan distribusi primer 20 kV tidak dipergunakan. Penentuan deret
tegangan diatas, disesuaikan dengan rekomendasi dari International
Electrotechnical Commission (IEC).
2.3 Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan
Berdasarkan pemasangannya, saluran transmisi
dibagi menjadi dua kategori, yaitu:
1. Saluran udara (overhead lines)
Saluran transmisi yang
menyalurkan energi listrik melalui kawat-kawat yang digantung pada isolator
antar menara atau tiang transmisi. Keuntungan dari saluran
transmisi udara adalah lebih murah, mudah dalam perawatan, mudah dalam
mengetahui letak gangguan, mudah dalam perbaikan, dan lainnya. Namun juga
memiliki kerugian, antara lain: karena berada di ruang terbuka, maka cuaca
sangat berpengaruh terhadap keandalannya, dengan kata lain mudah terjadi
gangguan, seperti gangguan hubung singkat, gangguan tegangan lebih karena
tersambar petir, dan gangguan-gangguan lainnya. Dari segi estetika/keindahan
juga kurang, sehingga saluran transmisi bukan pilihan yang ideal untuk suatu
saluran transmisi didalam kota.
Jenis- jenis kabel yang biasa digunakan pada saluran udara (overhead lines)
adalah;
- Kawat tembaga tarik yang dipakai pada saluran transmisi karena konduktivitasnya tinggi, meskipun kuat tariknya tidak cukup untuk instalasi tertentu. Dibandingkan dengan kawat tembaga tarik, konduktivitas kawat Aluminium Cable Steel Reinforced (ACSR) lebih rendah, meskipun kekuatan mekanisnya lebih tinggi.
- Kawat tembaga campuran (alloy), konduktivitasnya lebih rendah dari kawat tembaga tarik, tetapi mempunyai kekuatan tarik yang lebih tinggi.
- Kawat aluminium campuran (alloy), mempunyai kekuatan mekanis yang lebih tiggi dari aluminium murni sehingga dipakai untuk gawang (span) yang lebih besar.
- Kawat baja berlapis tembaga mempunyai kekutan mekanis yang besar, dan biasanya dipakai untuk gawang yang besar atau sebagai kawat tanah.
- Kawat baja berlapis aluminium mempunyai kekuatan mekanis yang besar, tetapi konduktivitasnya lebih kecil dibanding dengan yang berlapis tembaga meskipn ia lebih ringan.
2. Saluran kabel tanah (underground cable)
Saluran transmisi yang menyalurkan energi
listrik melalui kabel yang dipendam didalam tanah. Kategori saluran transmisi
seperti ini adalah yang favorite untuk pemasangan di dalam kota, karena berada
didalam tanah, maka tidak mengganggu keindahan kota dan juga tidak mudah
terjadi gangguan akibat kondisi cuaca atau kondisi alam. Namun juga memilik
kekurangan. Seperti: mahalnya biaya investasi dan sulitnya menentukan titik
gangguan dan perbaikannya.
Untuk
penyaluran tenaga listrik di bawah tanah digunakan kabel tenaga (power cable).
Jenis kabel tenaga dapat diklasifikasikan atas :
- Kelompok menurut kulit pelindungnya (armor)
- Kelompok menurut konstruksinya
- Kelompok menurut penggunaan, misalnya kabel saluran, kabel laut (submarine), kabel corong utama, kabel udara, dan kabel taruh.
Kabel
taruh yang dimaksud adalah cara menaruh kabel yang meliputi :
- Cara menaruh langsung (direct laying)
- Sistem pita (duct line)
- Sistem terusan tertutup
Saluran
transmisi dapat dikategorikan atas saluran udara (overhead line) dan saluran
bawah tanah (under ground)
Kedua cara penyaluran memiliki keuntungan dan
kerugian masing-masing.
2.4 Komponen- Komponen Utama dari Saluran Udara
Komponen-komponen
utama dari saluran transmisi terdiri dari;
- Menaran transmisi atau tiang transmisi beserta pondasinya
- Isolator-isolator
- Kawat penghantar (conductor)
- Kawat tanah (ground wires)
1.
MENARA TRANSMISI atau tiang transmisi, beserta pondasinya
Menara
atau tiang transmisi adalah suatu bangunan penopang saluran transmisi yang bisa
berupa menara baja, tiang baja, tiang beton bertulang dan tiang kayu. menurut
penggunannya diklasifikasikan menjadi:
a. Tiang baja, tiang beton bertulang dan
tiang kayu, umumnya digunakan untuk saluran-saluran transmisi dengan tegangan
kerja yang relatif rendah (dibawah 70 kV).
b. Menara baja, digunakan untuk saluran
transmisi yang tegangan kerjanya tinggi (SUTT) dan tegangan ekstra tinggi
(SUTET).
menara baja itu sendiri diklasifikasikan berdasarkan
fungsinya, menjadi:
a. menara dukung.
b. menara sudut.
c. menara ujung.
d. menara percabangan.
e. menara transposisi.
Gambar 1. Menara Transmisi
2. ISOLATOR.
Jenis isolator yang digunakan pada saluran
transmisi adalah jenis porselin atau gelas.Menurut penggunaan dan
konstruksinya, isolator diklasifikasikan menjadi:
a. isolator jenis pasak.
b. isolator jenis
pos-saluran.
c. isolator gantung.
isolator jenis pasak dan
isolator jenis pos-saluran digunakan pada saluran transmisi dengan tegangan
kerja relatif rendah (kurang dari 22-33 kV), sedangkan isolator gantung dapat
digandeng menjadi rentengan/rangkaian isolator yang jumlahnya dapat disesuaikan
dengan kebutuhan.
3. KAWAT PENGHANTAR (KONDUKTOR)
Jenis-jenis kawat
penghantar yang biasa digunakan pada saluran transmisi adalah:
a. tembaga dengan
konduktivitas 100% (Cu 100%)
b. tembaga dengan
konduktivitas 97,5% (Cu 97,5%)
c. aluminium dengan
konduktivitas 61% (Al 61%)
Kawat penghantar
tembaga mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan kawat penghantar
aluminium, karena konduktivitas dan kuat tariknya yang lebih tinggi. tetapi
juga memiliki kelemahan, yaitu untuk besar tahanan yang sama, tembaga lebih
berat dan lebih mahal dari aluminium. oleh karena itu dewasa ini kawat
penghantar aluminium telah mulai menggantikan kedudukan kawat penghantar
tembaga.
Untuk memperbesar kuat
tarik dari kawat aluminium, digunakan campuran aluminum (aluminium alloy).
Untuk saluran-saluran transmisi tegangan tinggi, dimana jarak antara
menara/tiang berjauhan, mencapai ratusan meter, maka dibutuhkan kuat tarik yang
lebih tinggi, untuk itu digunakan kawat penghantar ACSR.
Kawat penghantar
aluminium, terdiri dari berbagai jenis, dengan lambang sebagai berikut:
a. AAC (All-Aluminium Conductor), yaitu kawat penghantar
yang seluruhnya terbuat dari aluminium.
b. AAAC
(All-Aluminium-Alloy Conductor), yaitu kawat penghantar yang seluruhnya terbuat
dari campuran aluminium
c. ACSR (Aluminium
Conductor, Steel-Reinforced), yaitu kawat penghantar aluminium berinti kawat
baja
d. ACAR (Aluminium
Conductor, Alloy-Reinforced), yaitu kawat penghantar aluminium yang diperkuat
dengan logam campuran
4.KAWAT TANAH.
Kawat tanah atau "ground
wires" juga disebut kawat pelindung (shield wires),
gunanya untuk melindungi kawat-kawat penghantar atau kawat-kawat fasa
terhadap sambaran petir. Jadi kawat tanah itu dipasang diatas kawat fasa,
sebagai kawat tanah umumnya digunakan kawat baja (steel wires)
yang lebih murah, tetapi tidak jarang digunakan ACSR.
No comments:
Post a Comment