Friday, 17 July 2015

Konsumsi Daya Adaptor (Adapter Power Consumption)


Bila kita perhatikan, ada beberapa perangkat elektronik yang menggunakan adaptor (EN – Transformer) sebagai perantara konsumsi daya melalui stopkontak. Perangkat elektronik yang umum ditemukan sehari-hari di sekitar kita dengan menggunakan adaptor adalah handphone. Selama ini, saya tidak pernah terlalu memperhatikan detail perilaku konsumsi daya yang terjadi pada sebuah unit adaptor. Pemahaman yang saya miliki mengenai adaptor adalah sebuah unit yang berfungsi untuk meng-konversi arus listrik dari stopkontak agar dapat dikonsumsi oleh perangkat elektronik tertentu.


Berawal dari pertanyaan pengunjung…

Salah seorang pengunjung situs ini, pernah menanyakan perihal pemakaian daya listrik untuk cordless / wireless phone (telepon tanpa kabel ulir pada anak telepon). Sebelumnya, saya pernah menggunakan cordless phone di rumah, namun sekarang telah diganti dengan telepon biasa. Penyebabnya hanya karena cordless phone tidak dapat berfungsi saat listrik padam. Pada jawaban yang saya sampaikan, pendeskripsian pemakaian daya oleh adaptor untuk unit cordless phone hanya sebatas apa yang pernah saya ketahui dulu. Intinya, adaptor (untuk unit perangkat elektronik apapun) akan tetap meng-konsumsi daya saat tertancap pada stopkontak, tidak peduli apakah unit perangkat sedang aktif digunakan atau tidak. Hanya sampai disitu saja. Rupanya, pertanyaan itu secara tidak sengaja menuntun saya pada pemahaman perilaku konsumsi daya oleh adaptor lebih jauh lagi.
Beberapa hari setelah jawaban dipublikasikan, saya berkunjung ke rumah seorang famili dan mendapatkan unit cordless phone terpasang disana. Saya menyempatkan untuk memperhatikan tulisan yang tercantum pada adaptor unit tersebut. Bagian konsumsi daya dari adaptor yang saya ingat adalah sbb. :

INPUT : AC 220V ~ 50/60 Hz – 0,045A
Saya tidak mengingat daya keluaran yang tercantum di badan adaptor tersebut, karena kepentingannya hanya pada konsumsi daya saja.
Untuk menghitung jumlah konsumsi daya diatas, satuan ampere ini harus dikonversikan terlebih dulu ke dalam satuan Watt dengan rumus :
Ampere x Volt = Watt
Jika dihitung, jumlah pemakaian daya oleh adaptor itu adalah :
0,045 Ampere x 220 Volt = 9,9 Watt per jam
Jadi, jika adaptor tersebut terpasang pada stop kontak terus menerus selama sebulan, maka konsumsi dayanya adalah :
9,9 Watt x 24 jam = 237,6 Watt per hari
237,6 Watt x 30 = 7.128 Watt atau 7.128 / 1000 = 7,128 Kwh per bulan
Jumlah pemakaian daya yang cukup besar dari sebuah perangkat unit cordless phone.

Konsumsi adaptor handphone

Kemudian, saya teringat pada handphone yang juga menggunakan adaptor untuk me-recharge baterei di dalamnya. Spesifikasi adaptor handphone yang saya dapati di rumah adalah sbb. :
INPUT : AC 100-240V/50-60Hz / 65mA
OUTPUT : DC 5V/350mA

Jadi, saat terpasang pada stopkontak, adaptor handphone itu akan mengkonsumsi daya sesuai spesifikasi INPUT dan menghasilkan keluaran sesuai spesifikasi OUTPUT. Satuan mA yang merupakan singkatan dari mili Ampere harus di bagi dengan nilai 1000 terlebih dulu untuk dikonversi kesatuan Ampere agar nilai daya dalam satuan Watt dapat lebih mudah penghitungannya :
65mA / 1000 = 0,065 Ampere
Menggunakan rumus konversi satuan daya diatas, maka konsumsi daya adaptor handphone pada voltase 220 Volt menjadi :
0,065 Ampere x 220 Volt = 14,3 Watt per jam.
Rata-rata lama proses recharge adalah 2 jam, sehingga perhitungannya menjadi :
14,3 Watt x 2 jam = 28,6 Watt untuk sekali proses recharge.

Konsumsi daya berdasarkan fitur unit

Tidak ada permasalahan dengan besar jumlah daya yang dikonsumsi oleh kedua adaptor dari kedua jenis unit telepon tersebut. Namun, ada perbedaan perilaku konsumsi daya dari masing-masing unit telepon itu. Handphone akan berhenti mengkonsumsi daya saat proses recharge telah selesai, sedangkan cordless phone tetap. Hal ini dikarenakan cordless phone tetap membutuhkan asupan daya selama dalam keadaan siaga maupun aktif dipakai. Tidak dipungkiri, saat digunakan, cordless phone memiliki kenyamanan lebih daripada telepon biasa. Pemakai bisa bergerak leluasa tanpa dibatasi ukuran panjang kabel telepon. Walaupun terlihat ada pemakaian daya secara percuma saat tidak digunakan, itu adalah konpensasi dari harga yang harus dibayar untuk penggunaan cordless phone.

Konsumsi daya berdasarkan kebiasaan pemakai

Berbeda kasusnya bagi pengguna handphone. Mayoritas unit handphone saat ini memiliki fitur otomatis untuk menghentikan proses recharge ketika baterei telah terisi penuh (full). Fitur otomatis pada handphone ini menjadikan seolah-olah konsumsi daya oleh adaptor menjadi ikut berhenti, sehingga banyak pemakai yang meninggalkan adaptor tetap tertancap pada stopkontak. Mungkin, pemahaman yang ada pada para pengguna ini adalah adaptor akan berhenti mengkonsumsi daya setelah proses recharge selesai. Namun, tidaklah seperti itu yang sebenarnya terjadi.
Kondisi seperti itu sering diistilahkan sebagai “standby mode” (modus siaga). Mirip dengan kondisi TV saat sedang dimatikan, namun indikator siaga tetap menyala karena steker TV tidak dicabut dari stopkontak. Besar daya yang dikonsumsi dalam keadaan modus siaga tidaklah terlalu besar (kira-kira < 45 Watt) dan tidak selalu sama di setiap perangkat elektronik. Tidak semua perangkat elektronik mencantumkan besar daya yang dikonsumsi saat modus siaga. Adaptor termasuk salah satu yang sulit diketahui besar konsumsi daya saat modus siaga. Untuk menghindari kebingungan, saat ini saya mengasumsikan jumlah daya saat adaptor dalam kondisi modus siaga adalah sama dengan jumlah daya yang dikonsumsi saat terhubung dengan perangkat elektronik.
Meneruskan spesifikasi contoh adaptor handphone di atas, jika dibiarkan tertancap pada stopkontak selama sebulan maka jumlah konsumsi daya-nya menjadi :
14,3 Watt x 24 jam x 30 hari = 14,3 x 720 = 10.296 Watt atau 10,296 Kwh.
Mari kita asumsikan seandainya proses recharge handphone dilakukan 2 jam setiap hari selama sebulan, tapi dengan perlakuan adaptor dicabut dari stopkontak setelah proses recharge selesai. Maka, perhitungannya menjadi :
14,3 Watt x 2 jam x 30 hari = 14,3 x 60 = 858 Watt atau 0,858 Kwh.
Jadi terdapat selisih pemakaian daya secara percuma sebesar 10,296 – 0,858 = 9,438 Kwh dalam sebulan
Contoh ini hanya merujuk untuk satu unit handphone saja. Seandainya dalam satu rumah berpenghuni 4 orang yang masing-masing dilengkapi 1 unit handphone memiliki kebiasaan meninggalkan adaptor tertancap pada stopkontak saat tidak digunakan, maka akan terjadi pemakaian daya secara percuma sebanyak :
9,438 x 4 = 37,752 Kwh dalam sebulan.
Jumlah pemakaian daya yang besar untuk konpensasi dari sebuah bentuk kebiasaan. Jumlah ini lebih besar dari efesiensi daya yang dapat dihasilkan oleh stabilizer di rumah saya yang berada pada kisaran hanya sebesar 10 s/d 15 Kwh saja per bulannya. Perilaku konsumsi daya oleh adaptor ini, tidak berlaku hanya sebatas adaptor handphone atau adaptor cordless phone saja, tapi umum untuk semua adaptor. Termasuk adaptor laptop.
Travel-Adaptor dengan Adaptor Handphone (mati)
Travel-Adaptor dengan Adaptor Handphone (mati)
Travel-Adaptor dengan Adaptor Handphone (nyala)
Travel-Adaptor dengan Adaptor Handphone (nyala)


Bantuan Travel-Adaptor

Saat ini, saya pun mengerjakan hal yang sama, yaitu meninggalkan adaptor handphone (bahkan semua adaptor, a.l. laptop dan PS) tetap pada kondisi menancap di stopkontak. Namun, dengan perantaraan unit “travel-adaptor”. Unit ini cukup membantu mengingatkan saya bahwa adaptor masih dalam kondisi mengkonsumsi daya. Ini terlihat pada fitur saklar on / off pada travel-adaptor yang masih dalam kondisi menyala. Sehingga, walaupun (seringkali) saya tidak mengetahui kapan waktu proses recharge handphone telah selesai, nyala lampu dari travel-adaptor akan mengingatkan saya.


Konsumsi daya Adaptor : Fitur Perangkat vs Kebiasaan Pemakai?

Konsumsi daya berdasarkan kebutuhan fitur perangkat, merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Pemakaian daya terjadi karena memang dikehendaki agar perangkat tersebut bekerja sebagai mana mestinya. Tidak ada cara lain untuk mengurangi konsumsi daya perangkat elektronik seperti ini selain dengan berhenti menggunakannya. Selama kita tetap ingin menggunakannya, maka ada konpensasi pemakaian energi listrik yang terbuang sia-sia.
Sedangkan konsumsi daya yang didasari pada kebiasaan pemakai, sebenarnya masih dapat diefektifkan dengan menggunakan beberapa bantuan perangkat elektronik tertentu seperti travel-adaptor sebagaimana yang telah saya lakukan selama ini. Namun, tetap dibutuhkan sebuah perhatian dan komitmen untuk itu. Tidak ada gunanya menggunakan perangkat elektronik secanggih apapun untuk membantu kita dalam rangka mengefisiensikan pemakaian energi, jika tanpa dibarengi dengan perhatian dan komitmen dari diri kita sendiri untuk melakukan tindakan itu. Semuanya berpulang pada diri kita sendiri sebagai pihak yang menjalaninya secara langsung, bukan perangkat elektronik.
Adaptor merupakan sebuah unit peng-konversi daya yang berdiri sendiri layaknya stabilizer. Karena fungsi dan keberadaannya lebih sering ditujukan pada konsumsi daya perangkat elektronik tertentu, seringkali membuat kita beranggapan bahwa adaptor merupakan satu kesatuan unit dengan perangkat elektronik yang menyertainya. Kurangnya pemahaman mengenai konsumsi daya sebuah perangkat elektronik yang menggunakan adaptor adalah hal wajar bagi pengguna pada umumnya (awam) yang tidak sama sekali tidak memiliki kepentingan dan pengetahuan khusus dibidang elektronika (termasuk saya didalamnya). Ada baiknya kita mulai memberikan sedikit perhatian pada pemakaian adaptor. Karena saat ini, keberadaannya selalu mengikuti handphone, sebuah perangkat elektronik yang umum dan biasa dimiliki oleh kebanyakan orang. Dengan lebih mengefektifkan penggunaan adaptor (untuk keperluan apapun, termasuk recharge handphone), setidaknya, akan membantu kepentingan kita sendiri menggunakan energi listrik secara lebih efisien.


Semoga bermanfaat!

No comments:

Post a Comment