Friday, 17 July 2015

Mengefisiensikan Lampu Penerangan (Efficiency Lighting Lamps)

Mengefisiensikan pemakaian daya pada lampu penerangan dapat diartikan sebagai tindakan mengefektifkan konsumsi daya dari penggunaan lampu dalam sebuah ruangan / area. Mengacu pada fungsi lampu sebagai sumber penerangan sebuah ruangan / area tertentu, tindakan mengefektifkan konsumsi daya pada lampu adalah sama dengan memaksimalkan pemanfaatan pemakaian cahaya lampu dengan menyesuaikan tinggi-rendahnya tingkat aktivitas yang terjadi di ruangan / area tersebut.

Permasalahannya, dinamika jenis dan cara menjalankan aktivitas dalam sebuah rumah, tidak selalu harus memiliki konsistensi waktu. Hal tersebut sangat tergantung dari tingkat kenyamanan yang mengerjakannya. Tingkat kenyamanan beraktivitas itu sendiri memiliki parameter yang berbeda antara satu rumah dengan rumah lainnya. Variasi gaya dan cara dalam menjalani hidup masing-masing penghuni rumah turut memegang andil dalam menentukan kondisi aktivitas yang dilakukan setiap harinya.

Lampu sebagai sumber penerangan
Wujud dan teknologi lampu, dibuat sebagaimana apa yang menjadi fungsi dan tujuannya, yaitu mengkonversi daya listrik ke dalam bentuk cahaya. Intensitas cahaya yang dihasilkan oleh sebuah lampu akan selalu mengikuti jumlah daya yang dikonsumsinya. Setiap unit lampu yang diproduksi, akan selalu mengacu pada ketentuan tersebut.
Bagaimana caranya agar intensitas cahaya lampu dapat mengikuti intensitas aktivitas manusia? Atau, dapatkah kita mengubah konsep pemakaian energi sebuah lampu disesuaikan mengikuti cara dan kondisi aktivitas sehari-hari yang kita lakukan di rumah? Sedangkan, kenyataannya sudah jelas, intensitas cahaya lampu akan selalu mengikuti jumlah daya yang dikonsumsinya.
Sebagai pengguna, kita tidak dapat mengubah kondisi dan teknologi yang ada pada lampu, karena memang sudah demikian adanya sejak awal diciptakan. Namun, kita dapat mengubah / mengatur teknik pencahayaan di sebuah ruangan untuk mengefisiensikan pemakaian daya dengan menggunakan beberapa lampu didalamnya.

Intensitas cahaya lampu
Cahaya, dalam pemahaman saya, memiliki karakter mirip udara dan dapat diwujudkan keberadaannya pada permukaan sebuah benda padat. Berapa besar cahaya yang dapat diwujudkan pada permukaan sebuah benda, tergantung dari tinggi-rendahnya intensitas yang dapat dihasilkan oleh sumber cahaya. Semakin besar / banyak cahaya dapat dihasilkan sumbernya, semakin tinggi wujud cahaya pada permukaan benda yang bisa direalisasikan..
Pada lampu, cahaya merupakan hasil konversi dari energi listrik. Jumlah nilai satuan energi listrik yang dikonversikan oleh lampu ke dalam bentuk nilai satuan cahaya adalah tetap. Sehingga, untuk mengkonversi lebih banyak cahaya, dibutuhkan energi listrik yang lebih besar.
Memang benar, besar-kecilnya konsumsi daya akan menentukan jumlah (intensitas) cahaya yang dapat dihasilkan oleh sebuah lampu. Namun,suasana terang yang dihasilkan dari intensitas cahaya sebuah lampu, sangat dipengaruhi faktor jarak antara sumber cahaya dengan permukaan benda yang diteranginya. Intensitas cahaya sebuah lampu akan semakin berkurang mengikuti jarak yang semakin jauh antara posisi lampu dengan sebuah benda.

Memanipulasi cahaya dengan cermin
Untuk mengatasi kondisi jarak antara lampu dengan permukaan benda, biasanya, kita melakukan penggantian lampu lama dengan lampu baru yang memiliki intensitas cahaya lebih tinggi. Karena, intensitas cahaya yang dimiliki dan dapat dihasilkan dari produk sebuah lampu memang tidak dapat ditambahkan.
Namun keberadaan cahaya bisa dimanipulasi penyebarannya dengan menggunakan cermin / benda dengan permukaan berkarakteristik cermin. Cermin akan memantulkan cahaya sama dengan kondisi terakhir yang diterimanya. Jadi, berapa jauh jarak antara letak lampu dengan cermin, intensitas cahaya yang berhasil diterima itulah yang akan dipantulkan kembali.
Sifat dan karakteristik cermin yang demikian, dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu untuk mengatur penerangan dalam sebuah ruangan.Intensitas cahaya yang diterima oleh cermin, dapat direfleksikan kembali dengan sama persis tanpa memerlukan tambahan energi apa pun. Dengan bisa mereflesikan intensitas cahaya, berarti penyebaran cahaya dari lampu dapat diatur / diarahkan pada satu area tertentu saja. Dengan demikian, penerangan pada satu area tertentu dapat ditingkatkan intensitas cahayanya dengan cara menfokuskan penyebaran cahaya lampu pada satu titik / area yang diinginkan.

Cahaya dan rumah lampu downlight
Rumah lampu downlight adalah sebuah perangkat yang dibuat menggunakan konsep memanfaatkan karakteristik dari cermin. Teknik pencahayaan yang dimiliki oleh rumah lampu downlight dapat dikatakan sangat sederhana, yaitu hanya membelokkan arah sebaran cahaya disekeliling lampu ke bagian bawah ruangan. Teknik ini akan menjadikan area bagian bawah ruangan terasa lebih terang meskipun menggunakan lampu yang sama.
Dalam hal ini, rumah lampu downlight bisa dikatakan sebagai perangkat yang memodifikasi cahaya keluaran dari lampu. Jadi, cahaya keluaran dari lampu dijadikan sebagai input, dimodifikasi perilaku sebaran cahayanya, maka terbentuklah produk cahaya baru dengan intensitas lebih tinggi. Sebuah konsep memaksimalkan cahaya lampu yang sederhana dan murah, dan sangat efektif dalam mengefisiensikan pemakaian daya.
Menurut saya, rumah lampu downlight merupakan kategori perangkat “cukup” ideal untuk digunakan sebagai dasar dalam membentuk kondisi efektifitas pemakaian energi listrik pada lampu penerangan.
Kebutuhan cahaya dalam sebuah ruangan, pada dasarnya, hanya untuk menerangi area bagian tengah hingga bagian bawah (lantai) ruangan. Kebutuhan cahaya untuk menerangi area langit-langit ruangan, relatif tidak diperlukan. Karena, kita tidak hilir-mudik dan beraktivitas di area tersebut. Jika anda sependapat dengan saya tentang hal itu, saya sarankan untuk menggunakan rumah lampu downlight di rumah anda.

Fitur rumah lampu downlight
Rumah lampu downlight merupakan satu unit perangkat yang terdiri dari beberapa bagian. Tiga bagian utama yang harus ada di dalamnya adalahfitting lampurangka penampang (bracket) dan mangkuk berkilat. Entah apa istilah resmi dari ketiga unit itu. Mangkuk berkilat ini memegang peran terpenting dari keseluruhan unit untuk meningkatkan intensitas cahaya di bagian bawah ruangan. Fungsi mangkuk ini adalah memantulkan cahaya yang dihasilkan lampu. Semakin bening kilat yang dimiliki mangkuk tersebut, pantulan cahaya yang dihasilkan semakin mendekati tingkat intensitas lampu sebenarnya.
Fitur ini menjadikan pemakaian rumah lampu sangat efektif untuk mengefisiensikan pemakaian daya, karena tidak diperlukan tambahan apapun untuk meningkatkan intensitas cahaya lampu hingga area bagian bawah ruangan. Cukup hanya dengan satu unit rumah lampu saja.
Kerumitan memakai rumah lampu downlight adalah saat pemasangannya. Anda harus mengukur diameter lingkaran rumah lampu untuk membuat lubang pada langit-langit rumah. Inilah yang harus direncanakan dengan matang sebelum dikerjakan. Karena begitu lubang dibuat, tidak dapat ditutup lagi.
Secara perawatan, unit rumah lampu downlight tidak memerlukan biaya yang besar. Kita hanya perlu membersihkan mangkuk berkilat secara berkala agar kilat mangkuk tetap terjaga kebersihannya.

Jenis lampu yang dibutuhkan
Menggunakan rumah lampu downlight, tidak memaksa anda harus mengisikannya dengan jenis lampu tertentu. Jenis lampu apa pun (selama memiliki ulir rumah lampu) akan berdampak sama tanpa terkecuali. Pemilihan jenis lampu yang hendak diisikan dapat disesuaikan dengan selera dan “budget” anda sebagai pemilik rumah.
Saya sendiri cenderung memilih jenis lampu SL @5Watt berwarna kuning untuk diisikan dalam rumah lampu downlight. Selain memberikan suasana “hangat”, intensitas cahaya per lampu tidaklah terlalu terang. Suasana ini memberikan kenyamanan tersendiri bagi saya saat menjelang tengah malam. Keleluasaan bergerak untuk melakukan aktivitas ringan (seperti membuat kopi) di malam hari masih dapat dikerjakan secara normal hanya dengan menggunakan nyala satu lampu saja.

Ukuran suasana terang
Pada dasarnya, persepsi dan rasa dari satu kondisi / suasana terang sangat variatif. Makna kata “cukup terang” bagi seseorang, bisa berarti “redup” bagi orang lainnya. Menurut ukuran saya, makna kata “cukup terang” adalah masih dapat mengenali dengan baik bentuk dan warna benda di dalam ruangan, namun kurang baik untuk melakukan aktivitas membaca. Sedangkan makna kata “terang” adalah suasana dimana aktivitas membaca koran masih dapat dilakukan dengan nyaman dan normal. Pembahasan selanjutnya mengenai istilah ukuran kondisi pencahayaan “cukup terang” dan “terang” akan mengacu sepeti yang telah dideskripsikan.

Selera dan kebiasaan
Selera dan kebiasaan merupakan faktor penentu terbentuknya kondisi dan suasana ruangan / rumah tempat tinggal seseorang. Hal inilah yang membuat perbedaan model pencahayaan dalam sebuah / beberapa ruangan antara satu rumah dengan lainnya.
Bagi saya, antara waktu pukul 16.00 hingga 22.00, sebuah ruangan / kamar sudah selayaknya memiliki cahaya cukup terang didalamnya (kecuali kamar mandi). Kondisi ini membuat satu rasa nyaman untuk tidak merasakan perubahan suasana di sore hari. Secara psikologis, hal ini membuat waktu dan hari yang sudah menjelang malam tidak menjadi beban / halangan untuk tetap melakukan aktivitas di dalam rumah.
Untuk menciptakan suasana seperti ini, saya meletakkan minimal 1 unit rumah lampu downlight berisi lampu SL @5Watt dalam setiap kamar yang selalu menyala bersamaan dengan lampu di ruangan lain mulai pukul 16.00 hingga 22.00. Menjadikan suasana pencahayaan seperti ini, membutuhkan perencanaan posisi rumah lampu downlight yang cukup realistis karena akan sangat menentukan terhadap efisiensi pemakaian daya listrik yang digunakan.
Jadi, dimana posisi terbaik rumah lampu downlight diletakkan untuk mendapatkan pencahayaan yang cukup efektif dalam sebuah area / ruangan?

Pencahayaan mayoritas ruangan dalam rumah pada umumnya
Tidak ada jawaban yang pasti mengenai bagaimana dan dimana posisi rumah lampu downlight diletakkan. Namun, untuk mendapatkan posisi peletakan yang lebih pasti dan umum, anda dapat menghitungnya sendiri sebagaimana disampaikan pada artikel Menentukan Ukuran Proporsional / Estetika
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, suasana dalam sebuah ruangan / rumah bersifat personal (pribadi). Secara garis besar, aturan dasar posisi peletakan yang disampaikan di artikel tersebut tetap saya gunakan. Tetapi disamping itu, saya menambahkan aturan tambahan sendiri yang mengacu pada efisiensi pemakaian daya lampu. Caranya dengan memosisikan rumah lampu downlight tepat (mendekati) diatas tempat aktivitas tertinggi dan terendah dalam ruangan. Saya mengkategorikan dengan istilah primer (tertinggi) dan sekunder (terendah).
Rumah lampu berkategori primer diposisikan berdekatan dengan area yang memiliki tingkat aktivitas tertinggi dalam sebuah ruangan. Misalnya, di atas dekat meja belajar / kerja, pintu lemari pakaian, sofa ruang keluarga, dsb. Posisi ini, umumnya, memiliki satu kesamaan letak yaitu tidak jauh dengan dinding atau sudut ruangan.
Rumah lampu berkategori sekunder diposisikan pada area yang sekiranya memerlukan tambahan pencahayaan. Dengan kata lain, rumah lampu berkategori sekunder berfungsi hanya sebagai penyeimbang efek pencahayaan agar lebih merata dalam sebuah ruangan. Atau dapat juga difungsikan untuk membuat suasana “cukup terang” yang ada menjadi “terang”. Tergantung dari sudut pandang mana saya hendak memposisikan keberadaannya, sesuai dengan ukuran tingkat kenyamanan yang saya inginkan.
Masing-masing kategori rumah lampu, memiliki saklar tersendiri. Sehingga, saat penerangan dari kategori sekunder tidak terlalu dibutuhkan lagi, saya dapat mematikannya. Selain itu, dapat juga ditentukan salah satu lampu yang cocok untuk tetap menyala saat tidak ada aktivitas apa pun didalam ruangan saat malam hari. Atau dapat juga dimatikan semuanya.
Dengan mem-peta-kan beberapa lampu dalam sebuah ruangan seperti itu, akan diperoleh kemudahan dari dua pengaturan : pencahayaan dan efisiensi daya. Kondisi pencahayaan “cukup terang” atau “terang” dalam ruangan dapat diatur hanya dengan menyala-matikan salah satu saklar lampu. Dengan demikian, pemakaian daya untuk pencahayaan dapat menjadi lebih efisien, karena dapat disesuaikan dengan tingkat aktivitas dalam ruangan.
Metode mem-posisi-kan rumah lampu berdasarkan kategori seperti diatas, dapat digunakan untuk mengakomodasi pencahayaan yang lebih merata pada hampir di setiap ruangan berbeda dalam satu rumah, kecuali area dapur. Dapur, merupakan area dengan kebutuhan pencahayaan tersendiri yang juga memiliki kebutuhan untuk mengakses aliran listrik (stopkontak) dengan mudah. Oleh sebab itu, membuat kondisi suasana dapur yang ideal memerlukan perencanaan, perhatian dan pembiayaan lebih tinggi dibandingkan ruangan lainnya.
icon.top.par
Pencahayaan khusus untuk area dapur
Ada konsep yang menerapkan area dapur menjadi dua kondisi, yaitu : dapur basah dan dapur kering. Kedua kondisi ini sering diistilahkan sebagai dapur kotor (basah) dan dapur bersih (kering). Secara pribadi, saya tidak melihat konsep seperti itu dapat memberi manfaat lebih untuk kepentingan efektifitas beraktivitas dan efisiensi pemakaian energi di area dapur. Menurut saya, dapur adalah sebuah tempat yang relatif cepat kotor. Merupakan sebuah konsekuensi jika area dapur harus lebih sering dibersihkan karena disitulah tempat sumber pengolahan makanan di sebuah rumah (mulai dari bahan mentah hingga menjadi sampah).
Disini, saya hanya membahas area dapur gabungan dari kedua kondisi tersebut. Karena sifatnya lebih umum dan diterapkan di kebanyakan perumahan.
Biasanya, ada seperangkat tempat penyimpanan perangkat keperluan memasak yang dijuluki kitchen-set di sebuah dapur. Bentuk dan design kitchen-set ini sangat bergantung dari persepsi kenyamanan penghuni rumah dalam menjalani aktivitas mengolah makanan di dapur. Pembagian tempat beraktivitas pada kitchen-set, umumnya, menurut urutan aktivitas memasak, yaitu : menyiapkan bahan dasar, mencuci bahan (bathsink), menyiapkan bahan yang hendak dimasak dan (terakhir) tempat memasak (kompor). Pencahayaan “cukup terang” sangat diperlukan untuk keempat bagian tempat kitchen-set ini. Gabungan dari pencahayaan “cukup terang” ini akan menghasilkan suasana “terang” pada keseluruhan area dapur. Anda dapat mengatur pembagian sistem penyalaan dari keempat sumber pencahayaan (lampu) tersebut sesuai dengan selera dan kebutuhan. Dapat juga anda tambahkan satu sumber pencahayaan di bagian tengah area kitchen-set. Ini berfungsi mengakomodasi aktivitas ringan di area tersebut atau saat aktivitas memasak sudah selesai dilakukan.

Mengganti saklar lampu dengan timer
Saat ini, saklar-saklar lampu downlight yang saya gunakan telah digantikan dengan menggunakan “timer”. Beberapa lampu kategori primer dan sekunder digabungkan pada satu timer agar dapat nyala-mati bersamaan secara otomatis, sebagaimana yang saya bahas pada artikel “Membagi penerangan dalam Rumah”. Tindakan ini membutuhkan waktu dan biaya yang relatif cukup besar. Namun, sepadan dengan hasil yang diperoleh.
Khusus pada area tempat melakukan aktivitas baca / tulis, saya melengkapinya dengan satu lampu meja yang memiliki tangkai leher cukup panjang. Perangkat ini sangat nyaman untuk digunakan (khususnya malam hari) dan memiliki tingkat mobilitas yang tinggi.
icon.top.par
Memecah fokus satu sumber cahaya
Ada cara lain yang lebih sederhana dan cukup efektif untuk mengefisiensi pemakaian daya lampu penerangan dalam rumah tanpa menggunakan rumah lampu downlight. Konsepnya sama yaitu memecah sumber penerangan pada beberapa tempat dalam satu ruangan. Namun, jarak antar lampu diletakkan pada posisi relatif lebih dekat, seolah-olah terpusat pada satu area saja. Cara ini efektif untuk mengatasi penerangan pada ruangan yang tidak terlalu besar (mis. kamar tidur / ruang keluarga).
Berapa banyak jumlah lampu yang dibutuhkan dalam sebuah ruangan dengan menggunakan metode ini?
Gambar 1 : Skema Pengembangan Lampu Penerangan dalam sebuah ruangan.
Gambar 1 : Skema Pengembangan Lampu Penerangan dalam sebuah ruangan.
Asumsikan tinggi ruang dalam satu rumah pada umumnya adalah 2,8 meter hingga 3 meter. Kamar / ruangan berukuran maksimal 4 x 4 meter dapat diakomodasi dengan baik pencahayaannya menggunakan 2 unit lampu SL @14Watt. Tindakan yang saya akan lakukan untuk memodifikasi pencahayaan di area seperti ini adalah memindahkan satu unit rumah lampu ke tengah ruangan. Kemudian membuat tambahan unit rumah lampu di sekelilingnya sebanyak 4 unit. Posisi masing-masing rumah lampu mengarah ke sudut ruangan. Jarak antara ke 4 rumah lampu dengan rumah lampu di tengah maksimal 1 meter. Jadi total rumah lampu dalam ruangan tersebut menjadi 5 unit. Lalu, dengan menggunakan saklar lampu ganda, satu saklar terhubung dan berfungsi menyalakan hanya untuk rumah lampu di bagian tengah saja. Sedangkan saklar lainnya terhubung dan berfungsi untuk menyalakan ke empat rumah lampu yang mengelilinginya.
Berapa daya lampu yang dibutuhkan untuk di posisi tengah dan disekelilingnya? Menggunakan lampu SL @8Watt pada semua rumah lampu akan membuat suasana ruangan menjadi “terang” hingga ke sudut ruangan. Saat keempat lampu dimatikan, akan diperoleh pencahayaan “cukup terang” dari lampu di posisi tengah, yang menurut saya, sudah cukup untuk mengakomodasi aktivitas bersantai dalam ruangan tersebut. Menggunakan metode ini, penggantian lampu akan sering terjadi pada lampu yang terletak di tengah saja.

Pengembangan skema jalur kawat untuk lampu penerangan
Pemikiran awal untuk mengefisiensikan pemakaian daya lampu penerangan adalah menggantikan keberadaan neon TL yang, menurut saya, sangat ideal sebagai perangkat menerangi ruangan. Baik unit berbentuk “batang” mau pun “bulat”, neon TL berdaya 36 Watt sangat baik untuk mengakomodasi kebutuhan membaca dalam ruangan 3 x 3 m persegi. Persoalannya, saat kondisi kebutuhan membaca sudah tidak diperlukan lagi, konsumsi daya akan tetap sebesar 36 Watt. Di bawah ini, saya membuat sebuah gambar dasar skema pengganti keberdaan neon TL menggunakan tiga buah lampu SL yang dilengkapi saklar ganda :
Gambar 2 : Skema dasar pengganti fungsi dan keberadaan lampu Neon TL
Gambar 2 : Skema dasar pengganti fungsi dan keberadaan lampu Neon TL
Skema ini dapat di modifikasi sedemikian rupa untuk menggantikan fungsi beberapa neon TL dengan lampu SL dalam sebuah ruangan. Saat kebutuhan suasana “terang” sudah tidak diperlukan lagi, beberapa unit lampu SL dapat dipadamkan untuk mendapatkan suasana ruangan “cukup terang” seperti dua gambar di bawah ini :
Gambar 3 : Pengembangan Skema dasar pengganti fungsi dan keberadaan lampu Neon TL. (1)
Gambar 3 : Pengembangan Skema dasar pengganti fungsi dan keberadaan lampu Neon TL. (1)
Gambar 4 : Pengembangan Skema dasar pengganti fungsi dan keberadaan lampu Neon TL. (2)
Gambar 4 : Pengembangan Skema dasar pengganti fungsi dan keberadaan lampu Neon TL. (2)
Saya selalu membuat sebuah jalur di bagian tengah ruangan yang dilengkapi satu / beberapa unit lampu SL berdaya kecil guna mengakomodasi suasana “cukup terang”. Sedangkan di bagian “agak” pinggir ruangan, dilengkapi dengan beberapa unit lampu SL berdaya lebih besar daripada yang di bagian tengah ruangan. Tanpa rumah lampu downlight, umumnya, saya menggunakan lampu pada bagian tengah berdaya 8 Watt dan @10 Watt di bagian pinggir. Jarak antara lampu tengah ke masing-masing sisi maksimum 1,5 meter. Sedangkan jika menggunakan rumah lampu downlight, jarak antara masing-masing lampu dapat diperpanjang hingga maksimum 2,5 meter.
Anda dapat mengubah posisi-posisi tersebut sebagaimana kebutuhan penerangan yang anda inginkan. Parameternya, suasana “terang” dapat diatur sebagaimana fungsi ruangan atau disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan kita.

Sejauh mana diperlukan?
Teknik pembagian pencahayaan seperti yang telah dijelaskan diatas bukan merupakan sesuatu yang mutlak. Anda dapat memodifikasinya sesuai dengan kebutuhan dan kenyamanan sebagaimana yang diinginkan. Pada intinya, baik menggunakan rumah lampu downlight atau tidak, teknik memecah fokus pencahayaan merupakan alternatif yang cukup mudah direalisasikan secara awam untuk mengefisiensikan pemakaian energi listrik lampu dalam sebuah ruangan.
Jika anda hendak menerapkan salah satu dari kedua metode memecah fokus pencahayaan di atas dalam rumah yang sebelumnya sudah memiliki instalasi pencahayaan, ada hal tambahan yang perlu diperhitungkan, yaitu posisi peletakkan saklar lampu. Perangkat “timer” otomatis yang terpasang untuk pangaturan nyala-padam instalasi lampu downlight di rumah saya, selain berfungsi menambah efisiensi pemakaian daya, merupakan cara alternatif menghindari kekacauan pemasangan saklar lampu manual di dinding.
Memang dibutuhkan satu perencanaan yang benar-benar matang untuk mewujudkan kondisi efisiensi pemakaian daya sehari-hari pada lampu penerangan. Namun, hasil yang saya peroleh dari semua perencanaan dan usaha untuk mengefisiensikan lampu penerangan di rumah, benar terasa efeknya pada efisiensi biaya penggantian unit lampu yang terfokus pada unit rumah lampu berkategori primer saja. Itupun tidak terjadi serentak bersamaan pada seluruh unit berkategori primer karena tidak semua unit menyala dalam lama waktu yang sama.
Penggantian unit lampu dilakukan hanya dalam selang waktu 3 tahun sekali karena adanya dukungan kualitas listrik yang memadai dari stabilizer. Saat ini, untuk berjaga-jaga, saya mencadangkan 5 unit lampu @5Watt setiap tahunnya. Realitanya, dari 13 unit lampu @5 Watt yang terpasang, saya hanya mengganti 3 unit saja per 3 tahun sekali. Sepuluh unit sisanya, saya pun sudah tidak memperhatikan lagi karena terlalu lama tidak pernah diganti dan masih berfungsi dengan baik. Mungkin antara waktu setiap 4 – 6 tahun sekali. Entahlah… saya sudah tidak memperhatikannya sama sekali, Yang jelas, waktu penggantian lampu pada setiap rumah lampu dalam kelompok 10 rumah lampu tersebut, pasti >= 3 tahun. Karena 3 unit yang memiliki waktu nyala paling lama, diganti setiap 3 tahun sekali. Jadi, untuk unit lampu yang waktu nyala kurang dari ketiga unit tersebut, sudah pasti berumur lebih lama.
Anda dapat menggunakan teknologi umur lampu SL sebagai pedoman berapa besar jumlah pemakaian energi listrik untuk lampu yang telah terpakai. Umur lampu SL ditentukan oleh jumlah lama waktu pemakaiannya. Semakin sering dan lama lampu dinyalakan, semakin pendek umur lampu. Kondisi ini menunjukkan jumlah energi listrik yang terpakai untuk menyalakan lampu. Maka, semakin jarang tindakan penggantian lampu dilakukan, akan semakin sedikit jumlah energi listrik yang terpakai. Ini akan berdampak pada berkurangnya biaya listrik bulanan yang harus dibayarkan.
Benarkah demikian? Jika mengacu hanya pada pengurangan biaya listrik bulanan saja, maka jumlahnya tidaklah berarti. Terlalu kecil untuk dibandingkan dengan jumlah biaya membuat realisasi teknik memecah fokus pencahayaan yang telah saya jabarkan diatas. Efeknya baru terlihat dan terasa setelah beberapa waktu ke depan, yaitu setelah masa penyesuaian telah dapat diterima dengan wajar. Begitu masa penyesuaian terlewati, anda tidak akan terlalu mengkhawatirkan perubahan kenaikan tarif listrik. Karena besar pemakaian listrik hanya terfokus pada pemakaian daya yang berhubungan dengan hiburan saja (mis. televisi atau multimedia entertainment).
Semoga bermanfaat…!

No comments:

Post a Comment