Saya duduk terdiam memerhatikan “steker ber-kaki tiga” dari laptop di rumah, sambil terus bertanya kepada diri sendiri, “Bagaimana cara mereka (pembuat laptop) menentukan (posisi) arus positif atau netral (serta arde) pada steker ini?”
Setelah beberapa lama kemudian bersikap demikian, saya kembali menancapkan steker tersebut pada stopkontak dan menyalakan laptop untuk mencari “sesuatu” di Google yang berkaitan dengan pertanyaan di atas.
Kata kunci pencarian adalah “3 pin plug in electrical”, dan tak lama kemudian di halaman pertama, Google menampilkan beberapa situs yang berkaitan dengan kata tersebut, termasuk beberapa potongan gambar yang salah satunya meng-ilustrasi-kan steker kaki tiga. Saya meng-klik gambar tersebut dan disitu terdapat keterangan yang menyertai posisi arus positif(sebelah kanan) dengan simbol huruf “L” (Line), arus negatif (sebelah kiri) dengan simbol “N” (Neutral) dan jalur arde (di tengah) dengan simbol “E” (Earth).
Kemudian saya meng-klik menu Images pada browser untuk menampilkan semua gambar yang berhubungan dengan steker ber-kaki tiga. Hanya beberapa gambar berbeda yang secara jelas memvisualisasikan bentuk steker kaki tiga disertai keterangan masing-masing posisi arus listrik di setiap kaki-kakinya. Ketiga gambar steker kaki tiga tersebut memberikan keterangan yang sama mengenai posisi arus listrik dari masing-masing setiap kaki steker.
Jika memang demikian, berarti konsep yang sama juga diberlakukan untuk posisi arus listrik pada steker ber-kaki dua (?). Hanya satu gambar dari hasil pencarian steker kaki dua yang memberikan keterangan tersebut. Mungkin saya salah memberikan kata kunci pada mesin pencari atau memang tidak banyak informasi yang menjelaskan hal tersebut.
Jika memang posisi arus listrik positif harus berada dibagian kaki kanan steker (baik berkaki tiga maupun dua), berarti sama halnya dengan posisi arus listrik positif pada stopkontak yang merupakan tempat dari kaki-kaki steker tersebut (?). Seandainya memang begitu aturan main yang berlaku (standar), lalu bagaimana caranya menentukan kaki steker yang harus dipasangkan kawat ber-arus listrik positif pada steker ber-kaki dua?
Steker bawaan pabrik (built-in power cord)
Steker bawaan pabrik dari sebuah / beberapa perangkat listrik / elektronik, umumnya sudah dalam keadaan terbungkus permanen. Tidak ada celah untuk kita membuka / membongkarnya. Sehingga, kita tidak memiliki pilihan untuk melihat kawat yang tersambung pada setiap kaki steker selain dengan cara me-robek-nya menggunakan cutter. Namun demikian, kesulitan mengetahui posisi kawat arus listrik positif tersebut dapat dipermudah dengan bentuk dari steker itu sendiri.
Banyak steker bawaan pabrik saat ini berbentuk huruf “L” terbalik. Baik yang berkaki-tiga maupun berkaki-dua, bentuk steker seperti itu memberi kepastian kepada pemakainya mengenai posisi saat hendak ditancapkan ke stopkontak. Bentuk ini, setidaknya, bisa meminimalkan kemungkinan tertukarnya letak arus listrik dari steker dengan stopkontak. Sehingga, dapat menghindari terjadinya kemungkinan perangkat elektronik / listrik menerima arus listrik terbalik, kecuali memang terdapat kesalahan posisi arus listrik pada stopkontak tempat steker ditancapkan.
Walau pun sudah banyak digunakan, bukan berarti semua steker bawaan pabrik dari perangkat listrik / elektronik sudah pasti memiliki bentuk steker seperti itu. Pada perangkat listrik / elektronik berkualitas rendah dan berharga murah, biasanya hanya dilengkapi dengan steker bawaan pabrik berkaki dua berbentuk “pipih”.
Steker berbentuk pipih seperti itu, tidak memiliki pentunjuk pasti dimana masing-masing letak posisi arus listrik-nya. Pada beberapa perangkat listrik / elektronik, permukaan steker benar-benar polos. Tidak ada simbol atau kode apa pun yang bisa dijadikan petunjuk untuk menerangkan posisi arus listrik positif yang terpasang.
Saya kembali mencoba menyusun ulang semua informasi yang sebelumnya telah terkumpul. Beranjak dari posisi arus listrik positif pada stopkotak, saya mencoba me-meta-kan bahwa jalur aturan main yang berlaku pada pemasangan kawat bertanda arus listrik positif pada setiap stopkontak, harus berada di sisi kanan saat kita berhadapan dengan stopkontak tersebut. Jadi, posisi arus listrik positif pada steker pun akan berlaku mengikuti posisi yang sama dengan kita saat berhadapan dengan stopkontak.
Saat diperhatikan kembali simbol dan tulisan yang tercetak pada permukaan steker berkaki-dua¸ saya mendapatkan, ada satu simbol / tulisan yang dapat digunakan sebagai parameter secara umum untuk menentukan posisi dari kedua kaki sebenar-nya, yaitu tulisan 250V~16A atau tulisan lain dengan maksud dan tujuan sama. Tulisan itu merupakan tanda kemampuan hantar arus yang dimiliki oleh steker. Hampir semua steker berkaki-dua berbentuk pipih, baik bawaan pabrik atau bukan, memiliki cetakan tulisan seperti itu. Mengenai kebenaran antara tulisan yang tercetak dengan kenyataan kemampuan dari steker itu sendiri, saya agak meragukannya.
Untuk saat ini, saya memutuskan bahwa kaki steker yang terletak disebelah kiri tulisan 250V~16A sebagai jalur arus listrik bermuatan positif. Sedangkan lainnya untuk arus listrik netral. Benarkah demikian? Saya akan membahasnya lagi setelah mendapatkan informasi yang lebih pasti.
Memasangkan sendiri kabel pada steker
Seandainya, satu saat, anda menghadapi kondisi harus memasangkan kabel dan steker berkaki-dua sendiri, gunakan pedoman arus listrik yang terdapat pada stopkontak dimana nantinya steker tersebut hendak ditancapkan. Atau, seandainya steker akan terpasang untuk perangkat yang bersifat “mobile” (sering dipindah tempatkan penggunaannya), gunakan tulisan kemampuan hantar arus (mis. 250V~16A) sebagai parameternya.
Misalnya, kita posisikan tulisan 250V~16A yang tercetak pada permukaan casing steker agar dapat dibaca dari arah kiri ke kanan. Maka, kawat berwarna hitam harus terpasang pada kaki sebelah kiri dan kawat berwarna biru pada kaki sebelah kanan dari tulisan 250V~16A tersebut.
Steker berkaki-dua berbentuk pipih, sering digunakan untuk kebutuhan pemakaian arus listrik dalam kapasitas relatif kecil (< 100 Watt). Sehingga, jarang perangkat ini memiliki bagian untuk menempatkan kawat arde. Seandainya anda menghendaki untuk juga mengikutsertakan pemasangan kawat arde di dalam steker, harus menggunakan steker berkaki-dua berukuran lebih besar yang berbentuk silinder. Biasanya, ada bagian untuk menyematkan kawat arde di dalam steker berbentuk demikian.
Setelah pengerjaan pemasangan kawat selesai dilakukan dan steker kembali dipasang ke bentuk semula, anda langsung bisa menentukan kaki steker untuk muatan arus listrik positif. Cukup dengan memposisikan tulisan 250V ~ 16A untuk bisa terbaca secara normal dari arah kiri ke kanan. Kemudian pertahankan posisi tersebut saat hendak ditancapkan ke lubang stopkontak.
Sehingga, apa pun bentuk steker ber-kaki dua yang digunakan, akan memiliki kesamaan posisi letak arus listrik pada setiap kaki-kakinya. Cara ini akan membuat anda terhindar dari kesalahan / tertukarnya arus listrik ketika menancapkan steker pada stopkontak.
Dengan atau tanpa arde?
Bentuk steker berkaki-dua yang mana lebih baik untuk digunakan jika hendak mengerjakan pemasangan kabel sendiri? Sudah tentu steker yang didalamnya telah dilengkapi untuk menempatkan kawat arde dan steker seperti itu biasanya berbentuk silinder serta berukuran lebih besar. Jadi kabel yang digunakan pun sudah pasti harus memiliki spesifikasi 3 kawat di dalamnya.
Seandainya memang harus demikian, mengapa masih banyak perangkat elektronik / listrik yang dilengkapi hanya dengan menggunakan steker berbentuk pipih? Dan, pada kasus seperti apa kita sebaiknya menggunakan kabel berisi dua kawat?
Saya pernah melihat sebuah simbol bujursangkar yang berisi dua kotak di dalamnya, tercetak pada permukaan steker berkaki-dua berbentuk pipih bawaan pabrik. Simbol tersebut menerangkan bahwa kabel yang terpasang menggunakan steker tersebut memiliki isolasi ganda. Fungsi dari isolasi ganda disini, mirip seperti kawat arde. Sehingga, walau pun kabel yang digunakan hanya dua kawat saja, tetap memiliki kemampuan layaknya kabel tiga kawat.
Begitulah pemahaman saya dari keterangan mengenai arti simbol bujursangkar dengan gambar dua kotak tersebut. Saya mengartikannya bahwa dibutuhkan kabel dua kawat khusus untuk menggunakan steker berkaki-dua berbentuk pipih agar perangkat elektronik / listrik yang tersambung dengannya menjadi aman dari efek korsleting.
Mungkin memang demikian bagaimana steker berbentuk pipih itu seharusnya digunakan. Untuk saat ini, saya lebih merasa aman menggunakan steker berbentuk silinder dengan kabel yang memiliki 3 kawat didalamnya.
Kabel 2 kawat, bagi saya, kepentingan penggunaannya hanya sebatas untuk mengakomodir kebutuhan listrik dari perangkat listrik / elektronik yang berkapasitas kecil (total < 100 Watt), seperti : lampu dan kipas angin. Disamping itu, bisa juga digunakan untuk kepentingan dalam membuat sambungan saklar tunggal.
Sebenarnya, kabel 2 kawat bisa saja digunakan untuk kebutuhan kapasitas listrik > 100 Watt, atau sesuai dengan kapasitas hantar arus-nya. Selama kita memahami bagaimana cara memperlakukan listrik yang mengalir di dalamnya, tidak ada masalah dengan menggunakan kabel 2 kawat untuk kapasitas listrik berapa pun.
Contoh steker kaki dua dengan tulisan kemampuan hantar arus
Di bawah ini adalah gambar steker kaki dua bawaan pabrik dengan cetak tulisan kemampuan hantar arus yang terletak di antara kedua kaki stekter :
Pada gambar, berbeda dengan contoh yang di deskripsikan di atas, tulisan kemampuan hantar arus terbaca dari kiri ke kanan adalah 6A250V. Tulisan inilah yang kita jadikan parameter untuk menentukan posisi sebenarnya dari kedua kaki steker.
Jadi, dalam contoh di gambar ini, kaki steker yang berada tepat di sebelah kiri tulisan6A250V, merupakan kaki untuk arus listrik bermuatan positif. Sedangkan di sebelah kanan tulisan, merupakan kaki untuk arus bermuatan netral.
Mudah bukan?
Menyempurnakan pembahasan dari artikel sebelumnya
Mungkin ada pendapat yang menyatakan bahwa pembahasan memposisikan pemasangan kawat di artikel ini, seharusnya, terlebih dulu disampaikan sebelum merambah ke pembahasan listrik lainnya.
Pendapat yang benar, saya pun menyetujui sepenuhnya. Keterlambatan artikel ini di susun karena saya tidak pernah menemukan kejadian yang cukup berarti dari kasus tertukarnya pemasangan kawat arus listrik pada stopkontak maupun steker, sebagaimana telah saya nyatakan juga sebelumnya di artikel Tespen, Kawat Hitam dan MCB.
Saya lebih banyak menemukan kasus ketidakwajaran kinerja perangkat listrik / elektronik berasal dari kesalahan pemasangan jalur kawat di box MCB dan sambungan kawat antar kabel di jaringan kabel listrik dalam rumah. Karena, memang, di bagian tersebut lebih banyak diserahkan pengerjaannya dengan menggunakan jasa seseorang yang kita anggap memiliki keahlian tentang listrik. Sehingga, jika terjadi ketidakwajaran pada kondisi listrik di rumah, kita sering mengabaikannya karena beranggapan bahwa semua hal tentang listrik telah dikerjakan dengan benar oleh ahlinya.
Melakukan pembenahan di box MCB dan jaringan kabel, disertai menambahkan stabilizer sebagai pendukung untuk menghasilkan kualitas listrik layak pakai, bisa diandalkan untuk menekan 90% permasalahan yang berhubungan dengan listrik di rumah. Setelah sambungan kawat antar kabel di semua jalur kabel yang menuju titik stopkontak di seragamkan, akan sulit untuk mendapatkan ketidakwajaran kinerja perangkat listrik / elektronik. Dengan kondisi listrik seperti itu, kinerja dari perangkat listrik / elektronik yang ada menjadi nyaris sempurna. Bahkan untuk perangkat berkualitas rendah sekali pun.
Sehingga, walau pun banyak teori dan informasi yang telah disampaikan dari kemungkinan dan efek hasil dari kesalahan pemasangan kawat arus listrik, sulit bagi saya untuk membayangkan dan (kemudian) mendeskripsikannya ke dalam bentuk kondisi sehari-hari di rumah. Karena memang demikian adanya, saya tidak pernah menemukan kasus cukup berarti pada perangkat listrik / elektronik, meski pun terjadi kesalahan letak arus listrik positif akibat kesalahan pada steker yang ditancapkan ke stopkontak. Sampai akhirnya, muncul kasus sebagaimana di sampaikan di bawah ini.
Meleleh-nya panel kawat Netral di box MCB
Semua cerita di artikel ini bermula dari kasus listrik yang terjadi dan telah lama tidak terselesaikan di rumah (Jakarta) karena saya tidak mengerti dimana akar permasalahan sebenarnya. Bagian panel arus netral pada box MCB di rumah saya meleleh karena panas yang dihasilkan oleh kawat netral (biru). Sudah berulang-kali diperiksa menggunakan tespen, tidak pernah lampu di “gagang” tespen menyala. Jadi, kawat tersebut memang tidak (pernah) mengandung arus listrik positif.
Kondisi tersebut diperumit dengan sifatnya yang “kambuhan“. Panas yang timbul tidak pernah berlangsung terus menerus. Kadang muncul, kadang hilang. Hingga akhirnya saya menyerah dan membiarkan kondisi tersebut tetap berlangsung. Salah satu penyebab terbesar yang menjadikan saya bersikap seperti itu karena dalam keadaan semua perangkat listrik / elektronik “idle” (siaga / tidak beroperasi) pun, bisa muncul panas di permukaan box MCB secara tiba-tiba.
Beberapa minggu terakhir sebelum artikel ini mulai di susun (minggu kedua April 2014), terjadi kerusakan pada pompa air (otomatis) di rumah. Kerusakan bukan disebabkan oleh listrik, melainkan ada bagian pompa yang mulai “aus” (korosif) akibat lama terkikis air. Untuk menggantikannya, saya membeli pompa air (otomatis) baru berbeda merk, yang mana belum dilengkapi dengan kabel dan steker. Hanya terdapat sedikit untaian kabel serabut (kira-kira 3 x 0.75mm) yang harus disambung-panjangkan. Sehingga, saya harus membuat panjangan kabel dilengkapi dengan steker agar pompa dapat digunakan.
Saya tidak menyadari telah melakukan kesalahan ketika mulai memasangkan kawat di steker berdasarkan warna pembungkusnya agar sesuai dengan posisi arus listrik di stopkontak. Setelah semua selesai dikerjakan dan disambung-panjangkan pada kabel pompa dengan rapi, kesalahan tersebut baru disadari. Sebenarnya, sangat mudah untuk memperbaiki kesalahan seperti itu, namun saya malas mengerjakannya. Supaya rasa “malas” itu tidak menjadi masalah dikemudian hari, saya menggunakan tespen untuk mencari dan meyakini posisi arus listrik positif pada stopkontak. Setelah diketahui, kaki-kaki steker pun ditancapkan ke lubang stopkontak sesuai jalur arus listriknya dan pompa berjalan dengan normal.
Tindakan selanjutnya yang saya kerjakan adalah menyesuaikan tekanan pompa agar pemicu nyala-mati otomatis dapat berfungsi sebagaimana saya inginkan. Tidak ada tindakan lain yang berhubungan dengan listrik setelah itu.
Saat sore menjelang malam, pompa mulai aktif menyala untuk memenuhi kebutuhan air seperti hari-hari sebelumnya. Ketika keran air dibuka hanya setengah bagian dalam waktu cukup lama, pompa berperilaku seperti layaknya kekurangan tekanan. Kondisi tersebut membuat pemicu otomatis bereaksi menyala-matikan pompa berulang-ulang. Ketika itu, saya berpikir, pemicu otomatis pompa ber-perilaku seperti itu merupakan sesuatu yang normal. Tetapi, entah mengapa, dengan reflex saya menempelkan jari tangan pada permukaan luar box MCB dimana terletak bagian panel kawat biru (netral) di dalamnya.
Permukaan box MCB yang semula hangat kian bertambah panas selama pemicu otomatis terus bereaksi menyala-matikan pompa. Kemudian saya meng-instruksikan untuk membuka keran air sepenuhnya agar pompa tetap menyala menghindari reaksi nyala-mati dari pemicu otomatis. Permukaan box MCB tetap terasa panas. Beberapa lama (3 menit) setelah pemakaian air selesai dan pompa mati secara otomatis, panas pun berangsur menghilang dan kembali normal setelah 10 menit kemudian.
Apakah selama ini pemicu otomatis dari pompa yang menyebabkan panel kawat netral di box MCB meleleh? Kondisi terakhir setelah menggunakan pompa air baru, memang menunjukkan panas dihasilkan dari pemicu otomatis yang bereaksi menyala-matikan mesin pompa berulang-ulang. Namun, saat pompa air lama masih berfungsi dengan baik, dalam kondisi idle / siaga (tidak menyala) sekali pun, permukaan box MCB bisa tiba-tiba menjadi panas.
Kesimpulan terbaik yang bisa saya ambil untuk saat ini dari penyebab timbulnya panas pada panel kawat netral di box MCB ketika pompa lama masih digunakan adalah telah terjadi kesalahan posisi kaki steker pompa yang tertancap pada stopkontak. Kaki steker yang seharusnya bermuatan arus listrik positif, tertukar posisinya dengan kaki steker bermuatan netral.
Kesimpulan itu diambil berdasarkan kondisi pemakaian pompa baru selama seminggu kemudian setelah instalasi dikerjakan, panas pada permukaan box MCB tidak pernah terjadi / terasa lagi. Baik saat pompa sedang beroperasi maupun keadaan siaga. Memang, saya tidak pernah tahu ataupun memerhatikan bagaimana sebelumnya kondisi kaki steker yang tertancap pada stopkontak ketika pompa lama masih beroperasi secara normal. Karena, dugaan saya saat itu, penyebab dari peristiwa melelehnya panel kawat netral di box MCB, cenderung mengarah pada akibat terjadi korsleting berkadar lemah pada satu perangkat listrik / elektronik di rumah, bukan berasal dari pompa air lama.
Apakah tertukarnya posisi arus listrik pada steker dan stopkontak pada perangkat listrik / elektronik selain pompa air dapat menyebabkan hal (korsleting) yang sama? Saya belum mengetahui hal itu secara pasti. Namun untuk berjaga-jaga, semenjak peristiwa tersebut, saya melakukan pemeriksaan posisi arus listrik positif di setiap lubang stopkontak di rumah dengan menggunakan tespen dan memperbaiki posisi stekter dari perangkat listrik / elektronik yang selama ini tertancap di dalamnya (seperti lemari es / kulkas, televisi, rice cooker dll.).
Stopkontak / steker meleleh = box MCB meleleh?
Apakah jika terjadi stopkontak / steker yang meleleh juga disebabkan oleh faktor yang sama dengan melelehnya panel kawat netral di box MCB sebagaimana telah di ceritakan di atas?
Secara teknik listrik, saya tidak mengerti apa yang menjadi faktor penyebabnya dan bagaimana perbedaan di antara kedua kasus tersebut. Dalam pemahaman secara gampang, penyebab benda padat (seperti stopkontak / steker) dapat meleleh karena disebabkan adanya energi panas yang menempel pada benda padat tersebut. Contohnya adalah menempelkan bara api pada plastik.
Dari mana asalnya energi panas yang menyebabkan stopkontak / steker meleleh? Saya menduganya akibat pertemuan arus listrik positif dengan netral yang tidak tersalurkan (korsleting) dan kemudian memanaskan media logam dalam stopkontak / steker. Jadi, hasil dari korsleting-lah yang memanaskan media logam dalam stopkontak / steker. Sehingga, akhirnya menjadikan casing steker / stopkontak meleleh.
Pada kasus melelehnya panel kawat netral di box MCB sebagaimana yang saya alami, sebenarnya, mirip dengan kasus korsleting. Namun, saya tidak memahami bagaimana proses kerjanya. Seandainya memang hal tersebut diakibatkan korsleting, berarti ada (kelebihan) energi yang mengalir melalui kawat netral (?). Dengan kondisi instalasi listrik menggunakan MCB dan terpasangnya grounding, bukankah kelebihan energi akibat korsleting tersebut (seharusnya) bisa di atasi oleh MCB?
Standar instalasi kabel listrik dengan menggunakan MCB dan grounding, semestinya sudah cukup untuk mengantisipasi terjadinya kelebihan arus listrik akibat korsleting. Karena, bagaimana pun juga, kelebihan energi yang tidak dapat diakomodir oleh grounding, akan dikembalikan ke tempat asal terjadinya agar dapat direspon oleh MCB (trip). Sehingga, menurut saya, tidak mungkin kelebihan energi tersebut teralihkan alirannya pada kawat netral. Namun, itulah yang terjadi.
Mengambil kesimpulan bahwa biang keladi permasalahan (panel kawat netral di box MCB rumah saya yang meleleh) akibat kesalahan letak kaki steker pompa yang tertancap pada stopkontak, baru dapat didefinisikan setelah dilakukan penggantian terhadap pompa lama. Jika tindakan penggantian pompa tidak pernah terjadi, saya pun tidak akan pernah mengetahui hal yang menjadi akar permasalahan sebenarnya. Kesimpulan yang saya ambil ini, belum tentu sepenuhnya benar. Saya pun belum melakukan perbandingan dengan kasus-kasus yang mirip / serupa.
Keputusan saya untuk memperbaiki letak penancapan kaki steker pada stopkontak sebagai langkah antisipasi agar kasus serupa tidak terulang lagi di kemudian hari, merupakan logika analisa berdasarkan kondisi posisi kawat untuk arus listrik positif pada steker bawaan pabrik. Saya meyakini bahwa posisi pemasangan kawat untuk arus listrik positif pada steker akan selalu sama di setiap pabrik yang memproduksi perangkat listrik / elektronik.
Apakah mungkin kesalahan letak penancapan kaki steker pada stopkontak juga bisa membuat stopkontak / steker meleleh? Saya tidak tahu. Mungkin saja hal itu bisa terjadi. Namun, saya melihat terjadinya hal tersebut memiliki kecenderungan akibat korsleting. Jadi, jika terjadi korsleting, walau pun letak kaki steker pada stopkontak telah tertancap dengan benar, tetap bisa membuat stopkontak / steker meleleh.
Nyala lampu berkedip
Setelah pompa air baru berfungsi dengan semestinya dan permukaan box MCB tidak lagi terasa panas, terjadi kondisi tidak normal berikutnya pada nyala lampu. Lampu yang sebelumnya menyala secara konstan, menjadi berkedip disebabkan reaksi nyala-mati pompa dari pemicu otomatis-nya.
Keadaan tersebut tidak berlangsung lama karena saya mendapatkan lampu lain di jalur kabel berbeda yang juga sedang menyala namun tanpa disertai kedipan. Saya mematikan saklar pada jalur kabel lampu yang tidak berkedip dan melepaskan lampu dari rumahnya. Lalu, saklar kembali dinyalakan. Kemudian, saya menempelkan tespen pada ulir (fitting) rumah lampu. Tespen-pun menyala, berarti arus positif harus berada dan tersambung dengan bagian ulir dari rumah lampu agar lampu tidak berkedip ketika pemicu otomatis pompa bereaksi.
Tidak banyak tindakan yang harus dikerjakan untuk merubah jalur arus listrik pada lampu yang berkedip. Karena kabel untuk setiap jalur lampu yang terpasang di rumah menggunakan steker tertancap pada stopkontak seperti yang di deskripsikan pada artikel Skema Sambungan antar Kabel, saya hanya perlu memutar steker pada jalur lampu yang berkedip tersebut agar posisi kaki steker masuk tertancap secara terbalik dari posisi sebelumnya.
Tidak ada kedipan lagi setelah beberapa hari kemudian lampu menyala. Berangkat dari kondisi ini, saya mulai meyakini bahwa ada satu keharusan untuk menyamakan posisi arus listrik positif pada jalur pengkabelan. Baik untuk stopkontak, steker dan saklar hingga rumah lampu. Demikian juga untuk mengetahui posisi arus listrik positif pada steker ber-kaki dua yang sudah terkemas rapi tanpa celah pada sebuah perangkat listrik / elektronik.
Periksalah sebelum bermasalah…
Apakah peristiwa melelehnya panel kawat netral di box MCB yang saya ceritakan di atas, benar-benar diakibatkan dari posisi kaki steker pompa tertancap terbalik pada stopkontak? Jika memang benar demikian, mungkin peristiwa seperti itu yang coba hendak disampaikan oleh beberapa situs / blog di internet mengenai perlunya mempertahankan jalur muatan arus listrik yang sama pada satu kawat dalam kabel. Saya sendiri, belum memiliki atau mendapatkan informasi yang memadai tentang penyebab melelehnya panel kawat netral di box MCB tersebut.
Saat tulisan ini dipublikasikan, sudah satu minggu lamanya sejak pompa lama diganti dengan yang baru. Unit box MCB yang meleleh masih tetap terpasang, dan tidak pernah terasa panas lagi di permukaannya. Menurut saya, kondisi terakhir dari box MCB yang tidak terasa panas lagi, cukup bisa dijadikan sebagai acuan untuk saya men-standarisasi-kan pemasangan kawat pada steker dan stopkontak di rumah.
Ada baiknya bagi anda yang baru atau tidak pernah mengetahui tentang jalur arus listrik di stopkontak, untuk melakukan pemeriksaan (menggunakan tespen) dan men-standarisasi-kan posisi arus listrik pada setiap stopkontak di rumah. Seandainya anda menemukan posisi arus listrik terbalik pada satu / beberapa stopkontak dan malas untuk merubahnya, minimal berikan tanda menggunakan spidol di samping lubang stopkontak, sebagai indentifikasi posisi arus listrik positif pada stopkontak tersebut. Sedangkan pada steker berkaki dua dengan casing berwarna hitam, tandai dengan tip-ex. Cara itu sudah cukup untuk mencegah dan menghindarkan anda dari masalah listrik tidak terselesaikan sebagaimana yang pernah saya alami.
Semoga bermanfaat!
Referensi
https://listrikdirumah.com
No comments:
Post a Comment