Tantangan Indonesia : Investasi besar-besaran dalam pengembangan energi yang terbarukan
Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya energi yang berlimpah dan beragam baik yang bersumber dari fosil seperti minyak bumi, batubara, dan gas alam. Ataupun sumber energi yang terbarukan seperti tenaga surya, tenaga angin, tenaga arus laut, tenaga ombak, tenaga air, biomasa dll. Meskipun potensi sumber energi melimpah, Indonesia sampai saat ini tetap belum bisa memenuhi kebutuhan energi dalam negerinya sendiri.
Pada tahun 2006, sumber utama pasokan energi Indonesia adalah minyak bumi (sekitar 40.5%), disusul biomasa ( 23% ), batubara( 17.1% ), gas alam( 16.5% ), dan geothermal ( 0.9% ) Diperkirakan pemakaian energi Indonesia akan berlipat tiga kali antara tahun 2006 sampai dengan 2020.
Meroketnya harga minyak bumi menjadikan batu bara dan gas alam menjadi tumpuan berikutnya. Namun batubara Indonesia berkualitas rendah, dan gas Indonesia sebagian besar sudah terikat kontrak untuk diekspor dalam jangka waktu yang sangat lama. Disamping itu, pilihan ini juga memiliki kosekuensi negatif yaitu meningkatnya polusi karbon yang cukup signifikan akibat pemanfaatan energi fosil (minyak bumi, batu bara dan gas alam). Indonesia adalah salah satu negara penghasil karbon terbesar di dunia. Dan melihat bahwa harga bahan bakar fosil terus meningkat, pilihan ini akan menjadi suatu pilihan yang “mahal”.
Sumber-sumber energi terbarukan praktis tidak banyak mendapat perhatian.Dibandingkan dengan potensi yang tersedia, pada tahun 2003, sumber tenaga large hidro yang termanfaatkan baru 6%, geothermal 4%, micro hidro 4%, biomasa 0.36%. Tenaga angin dan tenaga surya praktis belum termanfaatkan.
Investasi besar-besaran dalam pengembangan energi terbarukan bukan lah hal yang baru. Negara bagian Texas sebagai contoh, yang di masa lalu dikenal sebagai negara bagian paling tersohor di Amerika dalam menghasilkan minyak bumi dan gas alam, sekarang ini justru menjadi negara bagian yang paling banyak menghasilkan energi tenaga angin (2370 MW). Pada tahun 2007, dana sebesar US$ 148 Milyar diinvestasikandi bidang energi baru, dan para pemodal ventura melihat peluang besar dalam pengembangan perusahaan baru yang bergerak di bisnis energi alternatif. Contoh lain adalah Brazil, Brazil sudah melakukannya sejak awal tahun1970-an. Sesudah krisis energi menerpa dunia tahun 1973, pemerintah Brazil memutuskan untuk keluar dari ketergantungan terhadap bahan bakar minyak yang berasal dari fosil khususnya bensin. Pemerintah Brazil mengembangkan dan menerapkan kebijakan serta melakukan investasi besar-besaran untuk mengembangkan etanol yang berbasis tebu.
Sudah saatnya Indonesia bertindak untuk keluar dari resiko ketergantungan yang semakin lama makin besar tersebut, Indonesia tidak punya pilihan lain selain memberi perhatian terhadap pengembangan energi terbarukan. Para ahli di perguruan tinggi, lembaga riset perusahaan dan pemerintah Indonesia hendaknya masuk dalam arus usaha global tersebut. Setiap daerah di Indonesia perlu mengenali potensi lokal energi terbarukan yang tersedia dan memanfaatkan potensi tersebut sebagai kekuatan untuk meningkatkan kemampuannya mengembangkan energi terbarukan di Indonesia.
Bagi masyarakat akademik, inilah peluang kita untuk memanfaatkan ilmu dan teknologi yang kita miliki guna memenuhi kebutuhan yang paling mendasar seluruh rakyat Indonesia. Ini adalah kesempatan untuk berkontribusi dalam membangun negara dan bangsa Indonesia yang lebih bermartabat karena mampu mandiri di bidang energi.
Semangat! Karena penundaan akan menimbulkan resiko yang lebih besar di masa yang akan datang. Segala sesuatu yang besar selalu berasal dari sesuatu yang kecil.
Reference :
1. Kuliah Umum Arifin Panigoro (Founder of Medco Group), Merebut Masa Depan : Menyemai Energi, Pangan dan Pendidikan, 30 Oktober 2008
2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakna Energi Nasional, Ditetapkan di Jakarta 25 Januari 2006
No comments:
Post a Comment